PPID Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Sulawesi Barat

Kementerian Pertanian Republik Indonesia

PPID Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Sulawesi Barat

Identifikasi kebutuhan Penerap Standar Komoditi Jagung di Kec. Topoyo




Topoyo, 23 Februari 2024 - Laksanakan salah satu tahapan kegiatan Penguatan Kapasitas Penerap Standar Instrumen Pertanian di Sulawesi Barat, BSIP Sulawesi Barat menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD). Kegiatan tersebut dilaksanakan di Kantor BPP Kec. Topoyo yang dihadiri oleh PPL Kec. Topoyo dan perwakilan dari kelompok tani yang terdaftar sebagai CPCL UPSUS Kementan. Tujuan dari FGD ini adalah untuk menggali informasi terkait permasalahan dan tantangan baik dari petani maupun PPL dalam membudidayakan komoditas jagung. Hasil dai kegiatan FGD ini nantinya akan menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun materi untuk Kegiatan Pelatihan Penguatan Standar Instrumen Pertanian dan sebagai rekomendasi kebijakan untuk pengembangan jagung di Kecamatan Topoyo.

 
Kegiatan FGD dibuka langsung oleh Koordinator BPP Kec. Topoyo Besse Munateng, S.ST. Beliau menyampaikan kepada PPL dan petani yang hadir agar aktif pada saat diskusi dan dapat berbagi pengalaman serta permasalahan yang di hadapi dalam membudidayakan jagung. Ir. Marthen P. Sirappa, M.Si mewakili tim BSIP Sulawesi Barat memimpin jalannya diskusi.
 
Dari hasil FDG diperoleh beberapa informasi terkait permasalahan dan tantangan yang dihadapi petani jagung di Kec. Topoyo yakni 1) benih jagung berkualitas masih mahal; 2) Petani belum sepenuhnya paham terkait jarak tanam jagung, 3) pupuk subsidi masih langka dan pupuk non subsidi mahal; 4) Petani belum menerapkan budidaya jagung yang benar dan baik sesuai dengan Good Agriculture Practice (GAP); 5) pemupukan belum sesuai dosis yang direkomendasikan dan cara yang tepat; 6) Petani belum mengetahui cara mengolah limbah pertanian dan limbah ternak menjadi pupuk kompos; 7) Petani belum mengetahui bahan aktif yang tepat untuk pengendalian OPT; 8) Petani belum memahami proses panen dan pasca panen yang tepat, 9) ketergantungan petani jagung terhadap tengkulak masih tinggi (permodalan petani masih rendah); dan 10) belum adanya Petani Penangkar terdekat.
 
Peserta FGD sangat antusias dan aktif dalam mengikuti jalannya diskusi yang digambarkan banyaknya informasi yang disampaikan petani maupun PPL terkait kondisi budidaya jagung di Kec. Topoyo. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani sangat membutuhkan pendampingan penerapan standar untuk budidaya jagung.